CIREBONINSIDER.COM – Sebagai respons terhadap krisis lingkungan dan urgensi kedaulatan pangan, MI Unggulan Ma’arif Tunas Bangsa Sindangwangi Majalengka berkolaborasi dengan Jaringan Kemandirian Nasional (JAMAN) menggelar Aksi Konservasi Sungai Cijejeng, Jumat (12/12).
Kegiatan ini meliputi bersih-bersih sungai dan pelepasan (restocking) 100.000 benih ikan nilem di Sungai Cijejeng, Pondok Sapi, Kecamatan Sindangwangi.
Kegiatan ini melibatkan siswa kelas 4, 5, dan 6 sebagai implementasi langsung dari pendidikan karakter, program Pramuka Peduli Lingkungan, serta penanaman nilai Ekoteologi sejak usia dini.
Baca Juga:Jaman Jabar Imbau Kadernya Datang ke TPS dan Kawal Suara Dedi Mulyadi-Erwan SetiawanKPK Kawal Aset Negara dan Konservasi Lingkungan di Jabar, Kunci Mitigasi Bencana Banjir dan Longsor
Aksi pelestarian diawali dengan pemberian edukasi lingkungan mengenai urgensi menjaga kebersihan sungai dan kelestarian ekosistem perairan.
Setelah pembekalan, para peserta didik berseragam Pramuka melakukan aksi bersih-bersih di sekitar bantaran Sungai Cijejeng. Puncaknya, 100.000 benih ikan nilem dilepaskan ke aliran sungai.
Komitmen Institusi: Konservasi dan Krisis Moral
JAMAN Majalengka menegaskan bahwa restocking ikan di sungai adalah bukti nyata konsistensi organisasi dalam menjaga ekosistem alam.
DPD JAMAN Jawa Barat bahkan menggarisbawahi upaya ini sebagai langkah strategis untuk mengimplementasikan misi organisasi terkait Kedaulatan Pangan dan Kedaulatan Maritim.
”Upaya konservasi ini vital. Ini tidak hanya menjaga keseimbangan alam, tetapi juga menjamin keberlanjutan sumber daya pangan kita yang berbasis ekosistem perairan,” ujar Yuda Khaidar selaku Ketua DPD JAMAN Jawa Barat.
Dalam pandangan JAMAN, krisis lingkungan yang masif tidak hanya bersumber dari persoalan teknis atau motif ekonomi. Tetapi jauh lebih mendasar, yaitu krisis moral dan tanggung jawab pribadi manusia terhadap semesta.
Kerusakan lingkungan dipandang sebagai bentuk pelanggaran serius yang mengancam kehidupan dan mencederai keadilan sosial.
Baca Juga:Konservasi Ekstrem: Jabar Ubah 200 Hektare Kebun Sayur PTPN di Puncak Jadi Perkebunan Teh dan BambuPetani Indramayu Menjadi Garda Terdepan Ketahanan Pangan Berbasis Lingkungan
Menanggapi krisis moral tersebut, penanaman nilai-nilai Ekoteologi dianggap sangat penting sejak usia dini.
Konsep ini, yang disampaikan dalam kegiatan, membangkitkan kesadaran bahwa menjaga alam adalah bagian fundamental dari tanggung jawab spiritual dan kemanusiaan.
Melalui penanaman nilai ini, diharapkan cara pandang siswa dapat bertransformasi dari mentalitas eksploitasi menuju konservasi. Selain itu, mampu menciptakan kehidupan sosial dan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.
Pihak Yayasan Tunas Bangsa Sindangwangi menyampaikan bahwa kolaborasi ini telah menjadi sarana pendidikan karakter yang efektif.
