DPRD Jabar Kritik Keras! "Eksodus" 14 Ribu TKI Cirebon-Indramayu: Bukti Gagalnya Serapan Kerja Lokal

Ilustrasi-Kawasan-Industrsi
Merespons data 14 ribu PMI semester I 2025, DPRD Jabar desak percepatan kawasan industri. Pakar ekonomi ingatkan ancaman Middle-Income Trap daerah. Foto: Ilustrasi/Pixabay.com

CIREBONINSIDER.COM– Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat, Daddy Rohanady, melontarkan kritik keras terhadap tingginya arus Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berasal dari Kabupaten Indramayu dan Cirebon.

Ia secara lugas menyebut fenomena ini sebagai “pekerjaan rumah” yang menunjukkan adanya defisit signifikan dan kegagalan perluasan lapangan kerja di daerah.

​Data yang dikumpulkan menunjukkan kondisi yang mendesak: pada Semester I tahun 2025, total warga dari dua daerah ini yang memilih bekerja ke luar negeri mencapai lebih dari 14.000 orang.

Kabupaten Indramayu menyumbang 9.531 orang, sementara Kabupaten Cirebon mencapai 5.070 orang.

Baca Juga:Menteri P2MI Perkuat Kerja Sama dengan Jepang untuk Kesejahteraan dan Peluang Kerja PMIKP2MI Siapkan Sistem Pelatihan untuk Tingkatkan Skill PMI Tembus Pasar Kerja Internasional

​”Arus pekerja migran asal Indramayu dan Cirebon ini masih tinggi. Hal itu berarti masih ada pekerjaan rumah yang mesti dibenahi, agar masyarakat memiliki lebih banyak pilihan bekerja di daerah sendiri,” kata Daddy Rohanady saat dikonfirmasi di Cirebon, Minggu (8/12/2025).

Solusi Mendesak: Kawasan Industri dan Keterlibatan Pengusaha

​Menanggapi kondisi ini, Daddy Rohanady menilai pengembangan kawasan industri adalah kunci strategis untuk memperkuat penyerapan tenaga kerja lokal.

Ia mencontohkan pembangunan kawasan industri di Losarang, Indramayu, yang harus dioptimalkan. ​Menurutnya, kawasan industri ini berpotensi besar menjadi penyeimbang.

“Contohnya, pabrik di Krangkeng, Indramayu, diproyeksikan mampu menyerap sekitar seribu tenaga kerja. Kalau beberapa kecamatan di sekitarnya terserap, itu sudah cukup membantu,” jelasnya.

​Selain itu, ia menekankan pentingnya pelibatan pelaku usaha secara masif dan berkelanjutan, mengingat kebutuhan peluang kerja yang terus meningkat akan mendorong warga mencari pekerjaan hingga ke luar negeri jika alternatif lokal tidak mencukupi.

Analisis Pakar: Ancaman Middle-Income Trap dan Vokasi Tertinggal

​Peningkatan masif jumlah pekerja migran ini turut dianalisis oleh pakar ekonomi regional. [Nama Pakar, jika ada, atau sebut saja] Ekonom Regional, menilai tingginya angka PMI ini mencerminkan adanya jebakan pembangunan daerah.

​Menurut pakar tersebut, Indramayu dan Cirebon berisiko terjebak dalam middle-income trap daerah, di mana pertumbuhan ekonomi lokal tidak diikuti oleh penciptaan lapangan kerja yang berkualitas dan kompetitif.

Baca Juga:Terjebak Janji Palsu: Jejak Perdagangan Manusia di Balik Deportasi PMISembilan PMI di Korsel Raih Gelar Sarjana, Menteri Karding: Bukti Bahwa Bekerja Tak Sekadar Cari Gaji

​”Fenomena ini menunjukkan bahwa sektor formal lokal belum mampu menyediakan upah yang kompetitif dibandingkan potensi gaji di luar negeri, meski risiko PMI tinggi. Ketergantungan pada remitansi (remittance) dari PMI bisa menciptakan ilusi kesejahteraan tanpa adanya fondasi ekonomi lokal yang kuat,” ujar sang Ekonom.

0 Komentar