CIREBONINSIDER.COM- Kota Cirebon kian memantapkan posisinya sebagai etalase budaya yang kaya. Dengan keberadaan sebuah museum yang mengoleksi ratusan topeng khas Cirebon.
Kota Cirebon dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi pusat riset topeng pertama di Indonesia.
Potensi ini diungkapkan oleh Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) yang melihat museum tersebut bukan sekadar tempat penyimpanan artefak, melainkan sebuah ruang penelitian, edukasi, dan kolaborasi yang strategis.
Mengubah Paradigma: Dari Gudang Artefak Menjadi Laboratorium Budaya
Baca Juga:Resmikan Museum Topeng Cirebon, Pj Wali Kota: Ini Komitmen Melestarikan Budaya dan Nilai SejarahMuseum Topeng Cirebon Diresmikan 20 Agustus 2024, Lokasinya di Balai Kota
Selama ini, banyak museum di Indonesia cenderung bersifat umum, menampilkan berbagai jenis koleksi tanpa fokus yang mendalam.
Sebaliknya, Museum Topeng Cirebon menghadirkan konsep baru sebagai museum tematik yang berfokus pada satu jenis benda: topeng.
Konsep inovatif inilah yang dipuji oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan (Ditjen PPPK) Kemenbud, Judi Wahjudin.
“Harapan kami museum ini bisa menjadi pusat riset topeng, khususnya Cirebon dan umumnya Indonesia, karena pusat riset topeng itu belum ada,” ungkap Judi di Cirebon, dikutip dari Antara, Rabu (10/9/2025).
Keunikan topeng Cirebon terletak pada kekhasannya yang mendalam, mulai dari bahan, corak, hingga peruntukannya dalam berbagai ritual dan pertunjukan.
Detail-detail inilah yang menjadikannya objek penelitian yang berharga, berpotensi membuka lembaran baru dalam ilmu pengetahuan dan sejarah seni budaya nasional.
Dengan lebih dari 600 koleksi yang dimiliki, museum ini memiliki modal kuat untuk menjadi rujukan utama bagi para akademisi, peneliti, maupun seniman.
Menghidupkan Museum: Kolaborasi, Edukasi, dan Keterlibatan Publik
Baca Juga:Ini Profil Nashrudin Azis, Wali Kota Cirebon Dua Periode yang Tersandung Korupsi Gedung SetdaTopang Mata Pencaharian Nelayan Kerang Hijau, Pemerintah Kota Cirebon Bantu Rumpon
Judi Wahjudin menekankan bahwa museum yang profesional tidak cukup hanya memajang koleksi. Kehadirannya harus didukung dengan informasi detail, ruang edukasi, dan program yang inklusif.
Pihak kementerian menyarankan agar setiap koleksi dilengkapi dengan penjelasan komprehensif mengenai filosofi, sejarah, cara pembuatan, hingga penggunaan topeng.
Tujuannya agar pengunjung tidak hanya melihat, tetapi juga memahami makna di balik setiap topeng.
Lebih lanjut, ia mendorong kolaborasi antara pengelola museum dengan berbagai pihak, termasuk komunitas, pelajar, dan masyarakat umum.
Program-program terbuka seperti lokakarya, diskusi, dan pameran interaktif sangat diperlukan untuk menjadikan museum sebagai ruang yang dinamis dan bermanfaat.