Sejak status kepemilikannya beralih ke pemerintah provinsi, rumah sakit ini terus mengalami pengembangan. Pada 19 November 2008, statusnya berubah menjadi RSUD Al Ihsan, dan pada 10 Juli 2009 resmi ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Kini, rumah sakit tersebut resmi berganti nama menjadi RS Welas Asih dan tetap menjadi bagian dari pelayanan kesehatan publik milik Pemprov Jabar.
Perubahan nama RSUD Al Ihsan ini memang menimbulkan polemik dan penolakan berbagai pihak, karena Dedi Mulyadi dinilai mengubah sejarah pembentukan rumah sakit.
Baca Juga:Momen Hari Jadi Cirebon Ke-598, KDM Ingatkan soal Tata Ruang Kota hingga Pelestarian BudayaBI: Pemkab Indramayu Harus Segera Atasi Komoditas Penyumbang Inflasi Sebelum Meluas
Di antaranya penolakan dari Aliansi Pergerakan Islam Jawa Barat (API Jabar) yang menilai Dedi Mulyadi menafikan sejarah pendirian RS Al Ihsan adalah buah karya para ulama dan tokoh masyarakat yang berusaha membangun sinergi antara seluruh unsur umat Islam di Jawa Barat, baik dari kalangan ulama, mudarris, pesantren, MUI, hingga unsur pemerintah.
Menurut Ketua API Jabar Ustazld Asep Syaripuddin (UAS), Yayasan Al Ihsan didirikan pada 15 Januari 1993 oleh enam tokoh penting Jawa Barat yang mewakili unsur ulama, tokoh dan pemerintah yaitu Drs H M Ukman Sutaryan, H M A Sampoerna, H Agus Muhyidin, KH R Totoh Abdul Fatal, Drs KH Ahmad Syahid dan Drs H Muhammad Soleh,l MM.
Yayasan ini kemudian mendirikan Rumah Sakit Islam Al Ihsan sebagai salah satu amal usahanya. Di mana peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit dilakukan pada 11 Maret 1993, bertepatan dengan 17 Ramadan 1414 H – momentum penuh keberkahan.
Rumah sakit ini mulai beroperasi pada 12 November 1995. Awalnya dikelola oleh Yayasan Al Ihsan sejak 1993 hingga 2004, kemudian beralih menjadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2004.
Melalui Perda Provinsi Jawa Barat No. 23 Tahun 2008, sejak tanggal 19 November 2008 rumah sakit ini resmi bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al Ihsan Jawa Barat.
“Meskipun nama resminya RSUD Al Ihsan, namun janganlah dilupakan akar sejarah dan nilai-nilai spiritual yang melandasi pendiriannya,” ujar UAS.
Semestinya, kata Kang UAS, Gubernur Jabar fokus meningkatkan mutu pelayanan, bukan mengubah nama dan mengaburkan sejarah.
Baca Juga:Rencana KDM Selamatkan BIJB Kertajati: Siap Alihkan Dana Operasi Kertajati Rp60 Miliar ke Susi AirBELUM PAHAM Perpanjang SIM Online? Simak Langkah, Biaya, dan Syarat Terbaru di Sini
Masyarakat berharap RSUD Al Ihsan menjadi kebanggaan warga, dengan pelayanan berkualitas dan terjangkau, khususnya bagi warga kurang mampu.