Jalan Usaha Tani dan Irigasi Rusak Parah, Petani Indramayu-Cirebon Ngadu ke DPRD Jabar

Ilustrasi-Irigasi
Infrastruktur pertanian yang rusak parah menjadi keluhan utama petani di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Foto: Ilustrasi/Pixabay.com

CIREBONINSIDER.COM – Infrastruktur pertanian yang rusak parah menjadi keluhan utama petani di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat, Ratnawati, menemukan kondisi kritis ini selama masa reses November 2025 di dua wilayah yang dikenal sebagai lumbung pangan utama Jawa Barat tersebut.

Aspirasi mendesak itu didominasi oleh permohonan perbaikan Jalan Usaha Tani (JUT) dan saluran irigasi demi menjaga stabilitas produksi pangan.

​Ratnawati menegaskan, petani mengeluhkan keterbatasan fasilitas pendukung yang secara langsung menghambat upaya peningkatan produksi.

Baca Juga:Mentan Amran Siapkan Dana Rp371,6 T untuk Hilirisasi Pertanian: Ini Daftar Komoditas UtamaPecah Rekor! Petani Kedokan Bunder Indramayu Panen Padi 12,11 Ton Per Hektar, Ini Rahasianya

​”Karena Indramayu dan Cirebon adalah daerah pertanian, aspirasi yang paling banyak disampaikan berkaitan dengan peningkatan produksi, namun terkendala oleh minimnya infrastruktur pendukung yang vital,” ujar Ratnawati di Cirebon, Selasa (16/12/2025).

Petani Soroti Jalan Usaha Tani dan Irigasi Pertanian

​Ratnawati menjelaskan, dua infrastruktur yang paling disoroti adalah JUT dan jaringan irigasi. Kerusakan JUT menyebabkan distribusi sarana produksi (pupuk, bibit) dan hasil panen menjadi terhambat. Dampak langsungnya adalah peningkatan biaya operasional petani serta penurunan kualitas komoditas akibat keterlambatan pengiriman.

​Sementara itu, ketersediaan irigasi yang memadai adalah kunci untuk mempertahankan produktivitas lahan. Petani sangat bergantung pada saluran irigasi yang berfungsi baik, mengingat status kedua kabupaten sebagai sentra pangan nasional.

​”Prioritas utama yang diminta adalah perbaikan jalan usaha tani dan juga irigasi pertanian. Ketersediaan irigasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan di tengah tantangan cuaca,” tambahnya.

UMKM dan Kondisi Pelik Sekolah Swasta

​Selain sektor pertanian, reses Ratnawati juga menyerap aspirasi dari pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Kebutuhan UMKM berpusat pada peningkatan permodalan, pelatihan keterampilan, standarisasi kemasan, dan pendampingan pemasaran digital untuk memperluas jangkauan usaha.

​Di bidang pendidikan, Ratnawati menyoroti beban berat yang dialami sekolah-sekolah swasta.

Baca Juga:BBWS Cimancis Sulap Biaya Pompa Air Petani Jadi Nol Rupiah dengan Teknologi SuryaMangga Gedong Gincu Indramayu Semakin Mendunia, Bupati Lucky: Permintaan Meningkat, Petani Sejahtera

Penambahan jumlah siswa yang signifikan menyebabkan rasio murid per kelas tidak ideal (dari ideal 30 menjadi 50 orang per kelas), yang memicu kebutuhan mendesak akan penambahan ruang belajar dan fasilitas penunjang.

Ratnawati Janji Dorong Anggaran Prioritas

​Ratnawati, yang merupakan anggota Komisi III (Bidang Keuangan/Anggaran) dan Badan Anggaran DPRD Jabar, berkomitmen untuk menindaklanjuti seluruh aspirasi tersebut.

0 Komentar