Antara Arsitektural dengan Portal Konseptual
“Lawang” di sini tidak hanya hadir secara arsitektural, tetapi juga sebagai portal konseptual: suatu medan ambang antara satu ruang dan ruang lainnya, antara dunia material dengan dunia pengetahuan dan kebudayaan, antara waktu lampau dan kemungkinan yang akan datang. Dengan ini, “Rentang Lawang” menjadi simbol transisi, transformasi, dan keterhubungan lintas dimensi kebudayaan Cirebon secara spesifik.
“Melalui Festival Komunitas Seni Media, kami berupaya membangun dialog yang berkelanjutan antara seniman, komunitas, dan masyarakat luas melalui praktik seni media. FKSM 2025 di Cirebon menjadi forum pertemuan lintas pengetahuan dan lintas budaya, di mana teknologi, estetika, dan kehidupan sehari-hari saling berkelindan. Tajuk ‘Rentang Lawang’ kami maknai sebagai portal konseptual untuk menelusuriberbagai simpul kebudayaan Cirebon, yang mempertemukan materialitas dan spiritualitas, lokalitas dan kosmopolitanisme,” tegas Yudi Ahmad Tajudin, Direktur Festival Komunitas Seni Media 2025.
Sebagai “lawang”, karya-karya dalam FKSM 2025 Cirebon menghadirkan ruang kemungkinan yang berkelindan di antara bermacam lawang. Baik dalam bentuk realitas, tegangan arsip, sejarah, mitos dan lainnya melalui presentasi dan bentuk komunikasi seni hari ini. Pendekatan penciptaan yang dilakukan seniman dalam tiap pengkaryaan, juga menunjukkan sesuatu yang beragam. Mulai dari produksi, baik kolektif maupun individu, maupun pelibatan warga.
Baca Juga:FKSM 2025 di Pelabuhan Cirebon: Wali Kota Edo Sebut Ajang Penghubung Masa Lalu dan Masa Depan lewat Seni MediaDirjen Kementerian Kebudayaan Tinjau Kesiapan FKSM 2025, Ajak Masyarakat Alami Peristiwa Budaya Sepekan Penuh
Dewan Kurator Festival Komunitas Seni Media 2025 Cirebon yaitu: Bob Edrian, Ignatia Nilu, Izhar Fathurrohim Wijaya, Mega Nur, Shohifur Ridho’i, dan Christine Toelle.
Tajuk “Rentang Lawang” diterjemahkan melalui 20 karya eksperimentasi seni media yang diisi oleh 8 karya individual, 9 karya kolaborasi, dan 3 karya kolektif. Keseluruhan partisipan mewakili sebaran daerah dari Jawa Barat sampai Bukittinggi.
Seniman-seniman tersebut adalah Angelissa Melissa (Depok), Arum Dayu (Bandung), Azizah Diah Aprilya (Makassar), Ghufron (Pasuruan), Komunitas Api-Api (Bukittinggi), Tromarama (Bandung-Jakarta), Situasionist Under-Record (Samarinda-Yogyakarta-Cirebon), Rully Shabara (Palu/Yogyakarta), Perempuan Komponis x Paul Kiram (Padang Panjang), Made Casta (Cirebon) x Hafiz Maha (Jakarta), Iftikhar Ahmad Rajiwe (Sulawesi/Cirebon), Jompet Kuswidananto (Yogyakarta) x Wibowo (Yogyakarta) x Ikbal Lubys (Yogyakarta), Toyol Dolanan Nuklir.
