KH Aziz Hakim: Santri Wajib Jaga Akhlak dan Mandiri, Pesantren Fondasi Karakter Bangsa

HSN-Panggung-Refleksi-Santri
​Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025 di Cirebon menjadi panggung refleksi. PCNU Cirebon menekankan dua pondasi utama santri: kemandirian yang diwarisi dari Resolusi Jihad dan integritas moral (akhlakul karimah). Foto: Istimewa

CIREBONINSIDER.COM – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon menjadikan momentum Hari Santri Nasional (HSN) 2025 sebagai panggilan tegas untuk reaktualisasi jati diri santri.

Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozie, menegaskan bahwa HSN bukan sekadar agenda seremonial. Melainkan pengingat bahwa tugas santri adalah menjaga kemerdekaan dengan berpegang pada semangat mandiri dan akhlakul karimah.

​Pesan tersebut disampaikan Kiai Aziz dalam puncak peringatan HSN 2025 yang diselenggarakan meriah di Alun-alun Terminal Weru, Sabtu malam (15/11/2025).

Baca Juga:Garut Tantang Santri Kuasai Alfiyah Ibnu Malik dan Jadi Pelopor Inovasi di HSN 2025Gus Yahya PBNU: Kemarahan Santri ke Trans7 Adalah Serangan terhadap Kelompok Identitas

​Resolusi Jihad: Pelajaran Mandiri Tak Bergantung Pihak Lain

​Kiai Aziz menjelaskan bahwa ada dua hikmah besar yang harus dipahami dari sejarah HSN. Hikmah pertama berkaitan erat dengan penetapan 22 Oktober, yang tidak terlepas dari semangat para ulama dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II melalui Resolusi Jihad.

​Menurutnya, pelajaran yang paling berharga dari peristiwa heroik itu adalah kemandirian.

​“Pelajaran dari Resolusi Jihad adalah semangat mandiri yang tidak bergantung pada pihak lain. Kita sebagai penerus bangsa harus menjaga kemerdekaan dengan kekokohan dan tanggung jawab,” tegas Kiai Aziz.

​Penekanan pada kemandirian ini menjadi angle kritis bagi santri masa kini, di mana kemandirian harus diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi hingga integritas nasional.

​Pesantren Ditegaskan sebagai Pabrik Karakter Utama Negeri

​Selanjutnya, Kiai Aziz menyoroti hikmah kedua: identitas santri yang tak terpisahkan dari akhlakul karimah (akhlak mulia). Ia menegaskan peran krusial pesantren sebagai pusat pendidikan moral dan karakter yang tiada tanding.

​Dalam pandangannya, kemajuan bangsa sangat bergantung pada kualitas moral dan intelektual para pemimpinnya.

​“Selain cakap dalam ilmu pengetahuan, santri harus kita didik dengan akhlakul karimah. Jika bangsa ini dipimpin dan dihuni oleh orang-orang berilmu dan berakhlak mulia, maka kesejahteraan akan lebih mudah dicapai,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin tersebut.

Baca Juga:Sinergi Bawaslu dengan Kemenag Kota Cirebon Perkuat Pendidikan Demokrasi Pelajar dan SantriLawan Stigma Negatif, Ribuan Massa Gelar Petisi Dukungan di Santri Land Festival Tangsel 2025

​Pernyataan ini secara tegas menempatkan pesantren sebagai Pabrik Karakter Utama Negeri, yang bertanggung jawab mencetak generasi penerus yang berintegritas tinggi.

​Apriesasi PCNU untuk MWC Bersholawat

0 Komentar