CIREBONINSIDER.COM— Rumah Potong Hewan (RPH) Cipancuh, Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, kini menjadi sorotan internasional. Itu setelah menarik kunjungan delegasi peternakan dan konsultasi pertanian terkemuka dari Australia pada Selasa (15/10).
Kunjungan ini menandakan RPH Cipancuh sedang “dilirik” mitra global, tentu itu membuka peluang kolaborasi besar yang berpotensi mengubah standar pemotongan dan rantai pasok daging kerbau di Indonesia.
Kerja sama ini sekaligus menjadi solusi strategis untuk stabilisasi harga daging di pasar lokal. ​Rombongan Negeri Kanguru tersebut dipimpin Dr. Ross Ainsworth.
Baca Juga:Akhiri Ironi 'Anak Tiri', Bupati Indramayu Lucky Hakim Pecahkan Kesenjangan Layanan di Perbatasan GantarPergeseran Prioritas Petani Indramayu: Serapan Pupuk NPK Tembus 83 Persen, Sinyal Kualitas Hasil Panen
Ia seorang dokter hewan sekaligus CEO Northern Territory Buffalo Industry Council, didampingi Mr. Rodd dari Focus Group Go, perusahaan konsultan pertanian Australia.
​Investasi Mark IV dan Jaminan Kualitas
​Tujuan utama kunjungan ini adalah menjajaki kerja sama dalam pengembangan sistem pemotongan kerbau berstandar internasional di RPH Cipancuh.
Delegasi Australia secara spesifik menyatakan rencana untuk memasok kerbau impor dan mendukung pembangunan fasilitas Mark IV.
Mark IV merupakan restrain box modern yang digunakan untuk proses pemotongan kerbau dengan standar keselamatan, kebersihan, dan kesejahteraan hewan kelas dunia (animal welfare).
​Fasilitas Mark IV (restraint box) adalah teknologi perebah hewan yang memastikan kerbau berada dalam posisi optimal, aman, dan meminimalkan stres sebelum proses penyembelihan. Hal ini merupakan salah satu standar kritis dalam rantai pasok ekspor Australia (ESCAS).
Kehadiran teknologi ini di RPH Cipancuh akan menempatkan Indramayu sebagai salah satu RPH percontohan di Indonesia yang mengadopsi standar global.
​Turut hadir dalam pertemuan tersebut Yasser Arafat Suaidy (importir kerbau PT NIL, WLI, 17/36), Yudi Setiawan (pemilik Meat Shop Sedulur 99), dan drh. Evia Kirana dari PT NIL, WLI, 17/36.
Baca Juga:Dirut Baru Perumdam Tirta Darma Ayu Wajib Tanggung Beban Rp4 Miliar Per BulanPergeseran Prioritas Petani Indramayu: Serapan Pupuk NPK Tembus 83 Persen, Sinyal Kualitas Hasil Panen
​Daging Kerbau Impor: Murah Rasa Sapi?
​Dr. Ross Ainsworth memaparkan alasan di balik ketertarikan mereka pada pasar Indonesia: potensi besar daging kerbau impor untuk diminati masyarakat karena kualitas dan harganya yang kompetitif.
​“Daging kerbau impor memiliki serat yang lebih halus, warnanya lebih cerah, dan lapisan lemaknya (body fat) lebih tipis, sehingga tampilannya sangat mirip dengan daging sapi,” ungkap Dr. Ross.
