Gagal ke Piala Dunia, DPR: Pembinaan Usia Dini Wajib Jadi 'Investasi Serius' Negara

MY-Esti-Wijayati
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayati, mendesak Kemenpora untuk tidak lagi hanya mengandalkan strategi naturalisasi pemain. Foto: Screenshot IG/MY Esti Wijayati

CIREBONINSIDER.COM – Kegagalan Tim Nasional Sepak Bola Indonesia melaju ke babak Kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadi momentum evaluasi total oleh parlemen.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayati, mendesak Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk tidak lagi hanya mengandalkan strategi naturalisasi pemain.

Esti menegaskan, pembinaan usia dini wajib menjadi “investasi serius” dan prioritas utama negara demi menjamin regenerasi Timnas yang solid di masa depan.

Baca Juga:Tutup Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Jepang Gasak Indonesia 6 Gol Tanpa BalasMaarten Paes Tampil Gemilang, Indonesia Posisi 4 Klasemen Sementara Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026

​”Saya bisa memahami kekecewaan masyarakat pecinta sepak bola yang tentu berharap besar. Tetapi ini bukan langkah akhir yang melemahkan semangat kita, termasuk PSSI, untuk ke depannya menjadi lebih baik,” ujar Esti di Sleman, DIY, Senin, 13 Oktober 2025.

​PSSI Bukan Mitra, Evaluasi Tetap Dilakukan via Kemenpora

​Meskipun Timnas Indonesia berada di bawah naungan PSSI, Esti menjelaskan bahwa Komisi X DPR tidak dapat memanggil PSSI secara langsung. Karena federasi tersebut bukan mitra kerja legislatif. Evaluasi menyeluruh terhadap kondisi sepak bola nasional akan dilakukan melalui Kemenpora.

​”Kemenpora kan memang mitra kerja kami. Jadi kalau kami memanggil, pasti tidak hanya soal sepak bola, tetapi juga target-target Asian Games, SEA Games, dan kegiatan prioritas lain sesuai keterbatasan anggaran yang ada,” jelas politisi PDI-P ini.

​Desak Keseimbangan Strategis: Setop Andalkan Naturalisasi

​Menurut Esti, saat ini dibutuhkan keseimbangan strategis antara kebijakan naturalisasi dan skema pembinaan jangka panjang.

Upaya mencetak pemain dari jalur pembinaan usia dini, sambungnya, harus menjadi investasi serius oleh negara demi menjamin regenerasi Timnas yang solid di masa depan.

Contoh Positif Sekolah Sepak Bola di Portugal

​Untuk menunjukkan potensi pemain muda, Esti bahkan mencontohkan hasil positif dari delapan pemain muda Indonesia berusia 17 tahun yang saat ini tengah menempuh pendidikan di sekolah sepak bola selama satu tahun di Portugal.

​”Waktu pertandingan di sana, mereka tiga kali menang telak melawan klub Portugal. Artinya potensi kita luar biasa,” ungkapnya. Ia menekankan bahwa bakat alami pemain Indonesia sangat besar dan hanya memerlukan fasilitas dan sistem pendidikan yang memadai.

0 Komentar