B50 RI: Setop Impor Solar 2026, Siap 'Perang' Harga Sawit Global demi Nilai Rp1.000 T

Sawit-CPO
Pemerintah Indonesia secara resmi mengumumkan perang dagang harga sawit global melalui langkah Mandatori Biodiesel B50 mulai tahun 2026. Foto: Ilustrasi/Pixabay.com

CIREBONINSIDER.COM – Pemerintah Indonesia secara resmi mengumumkan perang dagang harga sawit global melalui sebuah langkah yang sangat ambisius: penerapan Mandatori Biodiesel B50 mulai tahun 2026.

​Arah kebijakan yang datang langsung dari Presiden Prabowo Subianto ini tak hanya menjadi kunci kemandirian energi dan menghilangkan ketergantungan impor solar sepenuhnya. Tetapi juga merupakan kartu truf strategis untuk mengendalikan harga minyak sawit mentah (CPO) dunia dan mengerek nilai sawit nasional hingga Rp1.000 triliun.

​Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan keputusan ini bersifat final dalam forum Investor Daily Summit 2025 di Jakarta, Kamis (9/10).

Baca Juga:Mentan Amran Siapkan Dana Rp371,6 T untuk Hilirisasi Pertanian: Ini Daftar Komoditas UtamaMentan Amran Bergerak Cepat, Jawab Tuntutan Petani Indramayu dengan Solusi Konkret

“Insya Allah di 2026, kita akan dorong ke B50. Dengan demikian, kita tidak lagi melakukan impor solar ke Indonesia,” tegas Bahlil, dikutip dari Antara.

​Langkah berani ini diproyeksikan akan menutup kebutuhan impor solar yang diproyeksikan masih 4,9 juta kiloliter pada tahun 2025. Sekaligus menambah penghematan devisa sebesar $10,84 miliar hanya dalam satu tahun.

Pangkas Ekspor CPO, Dongkrak Harga Dunia

​Dampak kebijakan B50 terhadap perdagangan global menjadi poin paling krusial. Indonesia, sebagai produsen CPO terbesar dunia (menyumbang hampir 60% pasokan global), akan menggunakan kekuatan ini untuk mendikte pasar.

​Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman membeberkan strategi utama untuk mendukung B50: Memangkas ekspor CPO hingga 5,3 juta ton.

​”Ekspor ini, nantinya kita tarik 5,3 juta ton, kemudian dijadikan biofuel, jadikan pengganti solar,” jelas Mentan Amran usai rapat terbatas dengan Presiden di Jakarta, Kamis (9/10).

​Saat ini, Indonesia memproduksi sekitar 46 juta ton CPO per tahun. Sebanyak 26 juta ton di antaranya diekspor. Pengurangan 5,3 juta ton akan memangkas volume ekspor secara drastis, yang otomatis akan mengguncang pasokan dan harga di pasar global.

​Amran menegaskan, langkah ini adalah wujud kedaulatan harga. “Kita yang harus mengendalikan harga CPO dunia, bukan negara lain,” tegasnya. Ia memproyeksikan, jika volume ekspor berkurang, harga CPO global pasti akan naik.

Baca Juga:Mentan Amran: Dolar AS Bisa Rp1.000Panen Ubi Jalar Kuningan Tembus 60 Ton Per Hektare, BAKTI TASKIN Amankan Harga Lewat Eksportir

Nilai CPO yang saat ini sekitar Rp450 triliun diprediksi bisa melompat hingga Rp800 triliun bahkan Rp1.000 triliun jika harga dunia terkatrol dua kali lipat atau lebih. Kenaikan harga ini secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan petani sawit domestik.

0 Komentar