Padi Hibrida Mampu 10 Ton Per Hektare, Bappenas Akui Masih Pecah 30%

Hibrida
Ilustrasi padi hibrida. Foto: Istimewa.

SUBANG, CIREBONINSIDER.COM– Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) kembali menegaskan komitmennya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional melalui pengembangan padi hibrida.

Varietas ini diakui memiliki potensi luar biasa dalam mendongkrak produktivitas pertanian, bahkan mampu menghasilkan panen hingga 10 ton per hektare.

Namun, Bappenas secara terbuka mengakui bahwa keunggulan produktivitas tersebut saat ini masih terhalang masalah kualitas, yakni tingkat pecah beras yang sangat tinggi saat digiling, yang bisa mencapai 30 persen.

Dilema Kualitas: Mengapa Produktivitas Tinggi Justru Menyulitkan Petani?

Baca Juga:Surplus 63 Ribu Ton, Cirebon Lampaui Target Padi 2025Lumbung Padi Nasional: Keajaiban Panen Raya di Indramayu yang Sempat Kekeringan, Tuai Pujian dari Wamentan

Tenaga Ahli Kementerian PPN/Bappenas RI, Frans BM Dabukke, menyoroti masalah krusial ini.

Menurutnya, meskipun gabah kering panen (GKP) dari padi hibrida terlihat bagus dan hasilnya melimpah, kualitas berasnya seringkali menurun drastis.

“Karena produktivitasnya tinggi bisa 10 ton per hektare gitu, tapi kalau begitu digiling pecahannya 20-30 persen, ya nanti petaninya juga susah menjualnya,” katanya.

“Jadi pengepulnya juga susah nanti belinya gitu,” sambung Frans saat menghadiri Festival Panen Raya Komunitas 10 Ton yang digelar Syngenta Indonesia di Subang, Jawa Barat, Sabtu (4/10/2025).

Kondisi tersebut secara langsung menciptakan dilema: hasil panen yang tinggi tidak selalu berarti keuntungan optimal bagi petani karena harga jual beras yang pecah tinggi akan anjlok.

Pertumbuhan Lambat Sejak Dirintis 2003

Frans mengungkapkan bahwa inisiasi pengembangan padi hibrida di Indonesia sudah dirintis sejak lama, bermula dari studi ke China pada tahun 2003.

Namun, setelah lebih dari dua dekade, pertumbuhannya di tingkat petani masih tergolong lambat.

Baca Juga:Resmi Kantongi Sertifikat Indikasi Geografis, Gedong Gincu Sah Jadi Mangga Khas IndramayuStrategi Unik Bupati Indramayu: Melepas 10.000 Ular untuk Selamatkan Panen Padi

Menurutnya, tantangan terbesar adalah memastikan petani memiliki minat yang konsisten untuk memproduksi, menanam, dan memanen padi hibrida sebagai varietas unggulan jangka panjang, bukan sekadar proyek uji coba sesaat.

Strategi Mixing dan Perbaikan Mutu Jadi Kunci Bappenas

Untuk mengatasi hambatan kualitas dan mendorong keberlanjutan minat petani, Bappenas menekankan perlunya strategi mixing atau pengombinasian.

Dalam tahap awal, padi hibrida dapat dicampur tanam dengan varietas lain, sembari upaya perbaikan rasa dan kualitas beras terus dilakukan.

“Memang tantangan terbesar itu kan nanti rasanya. Tapi pelan-pelan kalau sudah ada minat untuk memproduksi, menanam gitu, sementara bisa dimixinglah, untuk dicampur,” ujarnya.

0 Komentar