BTN Suntik Rp3 Triliun KUR ke Batik Cirebon, tapi Ada Syarat Wajib Go Green demi Pasar Global

BTN
BTN mendukung sektor sandang nasional, termasuk sentra batik Cirebon. Foto: Istimewa.

CIREBONINSIDER.COM– PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) tidak hanya menggeber pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga mencapai Rp3 triliun untuk mendukung sektor sandang nasional. Khusus di sentra batik Cirebon.

BTN menetapkan strategi pembiayaan ganda, di mana modal finansial diiringi dengan kewajiban praktik ramah lingkungan atau Go Green.

Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo, di Cirebon, Kamis, 2 Oktober 2025, menegaskan bahwa dukungan permodalan harus sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) demi meningkatkan daya saing UMKM di pasar global.

Integrasi KUR Rp3 Triliun dengan Prinsip Keberlanjutan

Baca Juga:Pameran Temporer di Museum Tekstil, Angkat Eksotisme Batik Merawit Khas CirebonSelain Sentra Batik, Trusmi Kini Jadi Destinasi Wisata Kuliner Cirebon yang Ramai Pengunjung

Setiyo Wibowo menjelaskan, penyaluran KUR yang mencapai sekitar Rp3 triliun hingga September 2025 ini secara spesifik menyasar perajin batik sebagai salah satu industri khas Indonesia yang mayoritas digerakkan oleh UMKM.

Fokus ini merupakan bagian dari dukungan BTN terhadap tiga kebutuhan pokok masyarakat: papan (perumahan), pangan (kuliner, pertanian), dan sandang (batik).

“Sentra batik seperti di Cirebon, Solo, Pekalongan, Yogyakarta, hingga Semarang menjadi fokus kami untuk pembiayaan KUR, karena sektor ini sangat identik dengan UMKM,” kata Setiyo, dikutip dari Antara.

Ia memastikan skema KUR dirancang agar pelaku usaha seperti perajin batik bisa naik kelas dari skala mikro menjadi kecil, dan kemudian berkembang ke skala komersial.

Namun, modal finansial tersebut datang bersamaan dengan persyaratan dan edukasi ketat mengenai keberlanjutan.

Syarat Wajib Go Green: Malam Batik Bersertifikasi RSPO

Sebagai implementasi nyata dari ESG, BTN bekerja sama dengan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia untuk memperkenalkan penggunaan malam (lilin) batik yang lebih ramah lingkungan.

“Kami sudah mensosialisasikan penggunaan malam yang sesuai dengan standar RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) kepada perajin batik di Cirebon,” ungkap Setiyo.

Baca Juga:Evaluasi Naming Rights Stasiun Cirebon; Nama Kejaksan Wajib DicantumkanCirebon Juga Punya Batik Ciwaringin, Abraham: Ini Berbeda dengan yang Lain

Malam berbasis minyak sawit bersertifikasi ini dinilai lebih ramah lingkungan karena tidak merusak ekosistem hutan.

Setiyo menekankan bahwa pemakaian material ramah lingkungan ini adalah kunci agar proses produksi batik tetap menjaga kelestarian alam sekaligus meningkatkan nilai jual produk di pasar.

“Jadi, kami selalu menggandeng antara pertumbuhan bisnis, pertumbuhan ekonomi, tapi sejalan dengan keberlanjutan untuk lingkungan kita,” tegasnya.

0 Komentar