CIREBOINSIDER.COM – Pidato Presiden Prabowo Subianto mencuri perhatian dunia di markas PBB, Senin (22/09). Dalam pidatonya soal Palestina, Prabowo menyampaikan pernyataan yang mengejutkan publik internasional.
Prabowo secara gamblang menyatakan bahwa Indonesia siap mengakui negara Israel dengan satu syarat tegas: Israel harus terlebih dahulu mengakui kedaulatan negara Palestina.
​Pernyataan ini dilontarkan Prabowo dalam Konferensi Internasional Tingkat Tinggi yang bertujuan mencari solusi damai bagi konflik Palestina dengan Israel.
Baca Juga:Presiden Prabowo Reshuffle Kabinet, Djamari Chaniago Menko Polkam, Erick Thohir MenporaPresiden Prabowo Reshuffle Kabinet, Lima Menteri Baru Dilantik Termasuk Menteri Haji dan Umrah
Dalam pidato Prabowo tersebut menandai perubahan signifikan dalam narasi politik luar negeri Indonesia, yang selama ini dikenal sebagai pendukung setia Palestina tanpa kompromi.
​Siap Kirim Pasukan Perdamaian dan Desak PBB Bertindak
​Selain isu pengakuan bilateral, Prabowo juga menyoroti urgensi situasi di Gaza. Ia menyatakan keprihatinan mendalam atas tragedi kemanusiaan yang menimpa warga sipil.
Untuk menunjukkan komitmen konkret, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia siap mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke Gaza sebagai bagian dari upaya internasional.
​”Tanggung jawab ini tidak hanya tentang nasib Palestina, tetapi juga tentang masa depan Israel, dan juga kredibilitas PBB,” tegasnya.
​Prabowo juga mendesak seluruh negara anggota PBB untuk segera mengambil langkah nyata dengan mengakui Palestina dan mendukung solusi dua negara.
Ia memuji sejumlah negara, seperti Prancis, Kanada, Inggris, dan Portugal, yang telah terlebih dahulu mengakui kedaulatan Palestina.
​Konferensi yang dipimpin oleh Prancis dan Arab Saudi ini menjadi forum penting bagi Indonesia untuk menegaskan perannya di panggung global.
Baca Juga:Wali Kota Cirebon Tekankan Standar Gizi Tinggi dalam Program Makan Bergizi GratisMentan Amran Bergerak Cepat, Jawab Tuntutan Petani Indramayu dengan Solusi Konkret
Pidato Prabowo tersebut juga mengukuhkan posisi Indonesia sebagai aktor yang tidak hanya berempati, tetapi juga berani mengusulkan solusi pragmatis untuk perdamaian dunia. (*)