“Latihannya kurang keras, ya. Saya sekarang dengar kalau rubber set, pemain Djarum atau pemain nasional kita juga banyak habis fisiknya. Itu artinya kurang keras latihannya,” tegas King.
Kekhawatiran King ini bukan tanpa dasar, melainkan didukung oleh data faktual yang menunjukkan kemunduran prestasi bulu tangkis Indonesia di level dunia:
– Minimnya Gelar di Turnamen BWF Tingkat Tinggi: Sejak awal tahun 2025, tidak ada atlet Indonesia yang berhasil menjuarai turnamen BWF Super 500, 750, dan 1000.
Baca Juga:Maman Abdurrahman dan Indra Sjafri Ungkap Kunci Sukses Pesepak Bola Muda Masa KiniPersib Rekrut Eliano Reijnders, Bek Sayap Kanan Timnas Indonesia
– Hasil Olimpiade Paris 2024. Indonesia hanya membawa pulang satu medali perunggu melalui Gregoria Mariska Tunjung. Hasil ini menurun drastis dibandingkan Olimpiade sebelumnya di Tokyo, yang berhasil meraih medali emas.
– Kegagalan di Kompetisi Beregu: Tim bulu tangkis Indonesia belum mampu memenangkan Piala Thomas dan Uber dalam beberapa tahun terakhir, padahal sebelumnya Indonesia dikenal sebagai negara yang mendominasi kedua ajang bergengsi tersebut.
– Hilangnya Dominasi di Ajang Bergengsi: Era kejayaan tahun 1990-an, di mana atlet Indonesia menyapu bersih gelar-gelar bergengsi seperti All England dan Asian Games, kini hanya tinggal kenangan.
Peraih tiga gelar All England ini juga menyoroti mental disiplin atlet. Ia merasa banyak pemain saat ini kurang motivasi dan cenderung “mencuri” porsi latihan yang diberikan pelatih.
“Pokoknya jangan takut capek, jangan takut menyerah. Banyak pemain sekarang dikasih program sekian kilo, ada yang nyuri-nyuri. Ya jangan begitu, soalnya kita latihan buat kita sendiri,” pesannya.
Menurutnya, dengan latihan yang lebih keras dan disiplin tinggi, kualitas luar biasa yang dimiliki atlet junior Indonesia saat ini akan mampu membawa kembali kejayaan bulu tangkis ke panggung dunia.(*)