Menaker Yassierli Serukan Revolusi di Dunia Kerja Indonesia

kolaborasi
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli. Foto: Kemnaker.

CIREBONINSIDER.COM- Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyerukan sebuah revolusi di dunia kerja Indonesia.

Menurut Menaker Yassierli, pendekatan lama tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan yang kian kompleks.

Ia menilai, sekadar mengadopsi best practices dari negara lain merupakan sesuatu yang sudah usang.

Baca Juga:Yassierli: Kolaborasi Kemnaker dan KP2MI Penting untuk Optimalkan Peluang dan Perlindungan PMIPemerintah Luncurkan KUR Khusus Pekerja Migran, Solusi Tepat Atasi Jeratan Utang

Indonesia, menurut Menaker Yassierli, harus melahirkan “next practices”, sebuah inovasi yang memadukan praktik terbaik global dengan kearifan lokal bangsa.

Pernyataan tersebut bukan sekadar retorika. Yassierli mengidentifikasi gabungan masalah klasik dan tantangan baru yang menuntut perubahan fundamental.

Selain persoalan lama seperti upah yang tidak dibayar, diskriminasi, dan pesangon yang belum terpenuhi, kini muncul isu perlindungan bagi pekerja platform di era digital.

Semua ini, kata Yassierli, menyoroti urgensi untuk membangun hubungan industrial yang sehat dan merevisi regulasi agar adaptif terhadap perkembangan zaman.

Prioritas lain yang tidak bisa ditunda adalah memperkuat link and match antara pendidikan, pelatihan, dan kebutuhan pasar kerja—sebuah amanat konstitusi yang menjamin hak setiap warga negara atas pekerjaan yang layak.

Mengubah Paradigma: Pekerja sebagai Aset dan Penggerak Revolusi

Namun, kunci dari revolusi ini, masih menurut Menaker Yassierli, adalah perubahan paradigma yang mendasar.

Pekerja tidak boleh lagi dipandang sebagai beban (liability), melainkan harus ditempatkan sebagai talenta dan aset bangsa.

Baca Juga:Jepang Jadi Tujuan Utama, Pemkab Cirebon Kirim 77 Warganya untuk KerjaMenteri P2MI Perkuat Kerja Sama dengan Jepang untuk Kesejahteraan dan Peluang Kerja PMI

Pergeseran cara pandang ini sangat krusial di tengah gelombang disrupsi teknologi, kemunculan kecerdasan buatan, green transition, dan yang terpenting, pergeseran dominasi angkatan kerja ke generasi milenial dan Gen Z.

Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyoroti bahwa generasi muda bekerja tidak hanya untuk penghasilan, tetapi juga mencari makna (purpose).

Ia menjelaskan, hasil survei menunjukkan 24 persen dari mereka (generasi muda) rela meninggalkan pekerjaan jika tidak menemukan tujuan.

Fakta tersebut menegaskan bahwa masa depan ketenagakerjaan menuntut transformasi yang berpusat pada manusia (people-centered transformation).

Organisasi harus memberikan ruang bagi inovasi, mengubah budaya kontrol menjadi kolaborasi, serta membangun sistem kerja yang fleksibel dan bermakna.

Untuk itu, masih menurut Menaker Yassierli, kompetensi masa depan tidak lagi cukup dengan keterampilan teknis.

0 Komentar