Sedangkan mitigasi non-struktural dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat.
“Kita sekarang memiliki 12 Kelurahan Tangguh Bencana yang aktif, serta satu satuan pendidikan aman bencana yang menjadi contoh baik di lingkungan sekolah,” ujar Wali Kota.
Ia juga menambahkan bahwa papan evakuasi dan titik kumpul darurat telah diperluas hingga ke tingkat RW, sebagai bagian dari membangun budaya siaga di semua lapisan masyarakat.
Lebih lanjut, Wali Kota menyampaikan tiga pokok arah kebijakan dalam penguatan kesiapsiagaan ke depan.
Baca Juga:Panen Sayuran Pekarangan, Ketua TP PKK Kuningan: Langkah Nyata Perkuat Ketahanan Pangan KeluargaDi Bale Jaya Dewata, Kota Cirebon Suarakan 4 Isu Strategis, Apa Saja?
Pertama, memperkuat literasi kebencanaan melalui edukasi dan simulasi di sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah.
Kedua, meningkatkan sistem deteksi dini dan respons cepat dengan penguatan posko siaga bencana di tiap kecamatan.
Ketiga, membangun budaya gotong royong sebagai bentuk ketangguhan sosial.
“Kesiapsiagaan bukan sekadar alat atau peralatan. Ini soal komitmen, kecepatan bertindak, dan rasa empati terhadap sesama,” tuturnya.
Wali Kota juga mengapresiasi kerja sama lintas sektor, dari TNI/Polri, perangkat daerah, komunitas, hingga media serta mengucapkan terima kasih kepada BPBD Provinsi Jawa Barat.
Terima kasih itu atas pengakuan terhadap kinerja Kota Cirebon sebagai penyelenggara terbaik Posko Kolaborasi Arus Mudik dan Balik Lebaran 2025 untuk wilayah 3 Ciayumajakuning.
Sementara itu, Tenaga Ahli BNPB Brigjen Pol (Purn) Ary Laksmana Widjaja mengapresiasi terhadap langkah strategis yang dilakukan Kota Cirebon.
Menurutnya, Kota Cirebon berada pada posisi yang rentan karena dekat dengan laut dan memiliki aliran sungai yang hulunya berada di wilayah lain.
Baca Juga:Kabupaten Cirebon Siap Jadi Sentra Ikan Nila di Jawa Barat353 Jamaah Haji Kota Cirebon Menuju Tanah Suci, Dilepas Wali Kota Effendi Edo
“Perlu kesiapsiagaan dan antisipasi yang serius. Saya mengapresiasi pendekatan pentahelix yang dilakukan Pemkot Cirebon, melibatkan unsur pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan media,” ujar Ary Laksmana.
“Ini menunjukkan Kota Cirebon siap menghadapi bencana, baik hidrometeorologi basah maupun kering,” ujarnya.
Apel dan gladi ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas dan kewaspadaan bersama.
Kota Cirebon ingin menegaskan diri sebagai kota yang tidak hanya siap secara fisik, tetapi juga tangguh secara sosial dan peduli terhadap keselamatan warganya. (*)