CIREBONINSIDER.COM – Rumah Rengganis Institute menginisiasi agenda Pekan Sastra Cirebon. Selama tiga hari ke depan, mulai Jumat hingga Minggu, 6-8 September 2024, di Keraton Kacirebonan digelar Padade Sastra.
Parade Sastra merupakan bagian dari perayaan Pekan Sastra Cirebon yang digagas Rumah Rengganis Institute. Banyak kegiatan di dalamnya mulai dari bincang sastra, bazar buku, FGD komunitas sastra, lomba baca puisi, pameran karya, hingga panggung sastra. Selain itu ada workshop terkait penulisan sastra, membuat topeng Cirebon, hingga membatik.
Parade Sastra menjadi puncak dari agenda Pekan Sastra Cirebon yang digagas Rumah Rengganis. Festival sastra ini didukung Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra.
Baca Juga:Belajar dari Kasus Daycare Depok, Orang Tua Harus Perhatikan Tips IniHaul Kyai Sinur Hariri Ke-40 dan Sesepuh Desa Dukuh, Semaan Alquran 30 Juz, Tahlil hingga Doa Bersama
Untuk diketahui, rangkaian Pekan Sastra Cirebon dimulai gelar sejak Juli 2024. Mulai dari Pra-Pekan Sastra yang kontennya berupa kelas menulis sastra, bincang buku dengan menghadirkan penulisnya, hingga telisik musik bertempat di Rumah Rengganis. Kemudian pada Sabtu-Minggu, 24-25 Agustus 2024, Rumah Rengganis juga menggelar Kemah Sastra untuk kalangan pelajar Cirebon Raya.
Nissa Rengganis selaku Direktur Rumah Rengganis Institute berharap Pekan Sastra Cirebon menjadi pemantik generasi muda di Cirebon untuk berkarya dan menggeluti sastra. Selain itu menjadi ruang pertemuan komunitas dan pegiat sastra di Cirebon.
Pergulatan Sastra di Tengah Karut-marut Historiografi Kota menjadi tema besar Pekan Sastra Cirebon. Alasannya, Cirebon yang dinisbahkan sebagai salah satu Kota Pusaka di Indonesia, memiliki historiografi yang masih terbilang buruk.
Karenanya, Pekan Sastra Cirebon yang diinisiasi Rumah Rengganis menjadi ruang kreatif sekaligus alternatif anak muda untuk berkarya. Memantik dan melahirkan gagasan, ide, diskusi hingga karya.
“Melalui karya sastra, seseorang tidak hanya mengembangkan imajinasi yang bisa digunakan untuk membangun bangsa, tetapi juga sebagai media untuk mewariskan nilai kearifan lokal kepada generasi muda. Kearifan lokal inilah yang nantinya membentuk jati diri bangsa Indonesia,” ujar Nissa Rengganis.***